Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penia: Awalnya Cuma Iseng-iseng

Kompas.com - 18/03/2008, 20:32 WIB

JAKARTA, SELASA - Made Tri Ari Penia Kresnowati yang biasa dipanggil Penia menjadi peneliti wanita ketiga asal Indonesia yang meraih penghargaan internasional dari Loreal dan Unesco. Penelitiannya mengenai teknologi bioproses konsepsi prototip bioreaktor untuk perkembangan sel punca (stem cell) memenangkan penghargaan Loreal-Unesco for Women in Science 2008.

Penia memfokuskan penelitiannya kepada pengembangan sel punca untuk kepentingan pengobatan. Sel punca adalah sel-sel induk yang dapat berkembang menjadi jenis sel apapun sehingga sangat potensial untuk diarahkan untuk membentuk sel yang dibutuhkan, misalnya sel-sel darah merah untuk transfusi darah.

Untuk memproduksi sel darah merah dalam jumlah banyak dan kualitas memadai, diperlukan bioreaktor yang optimal untuk pertumbuhan sel. Penia mempelajari sifat fisik dan parameter  operasi di dalam bioreaktor, khususnya aspek perpindahan massa dan panas, misalnya bagaimana ara tepat menyalurkan nutrisi yang dibutuhkan dan menyingkirkan buangan dari sel punca.   

"Dari bioreaktor ini biasanya sel-sel darah akan berubah menjadi banyak sel dalam bentuk yang berbeda, namun di sini saya hanya membuat konsep model alatnya saja," ujarnya. Wanita kelahiran Bandung 5 Mei 1977 ini mengakui, awalnya keikutsertaan dalam penghargaan yang bekerja sama dengan Loreal-Unesco ini hanyalah iseng-iseng. Ia tidak menyangka akhirnya mendapat hibah 40 ribu dollar AS dan akan diberangkatkan awal 2009 ke Monash University Australia untuk menguji proposal penelitiannya ini.

Penia akan menghabiskan waktu dua tahun untuk mengembangkan model bioreaktor untuk menumbuhkan sel punca. Penelitian tersebut dilakukan di Australia bersama para pakar dari Australian Stem Cell Centre dan di ITB. Menurutnya mengapa penelitiannya ini dibawa keluar negeri karena fasilitas alat-alat di Indonesia sendiri saat ini belum memadai.

Pengabdian

"Keinginan saya menjadi peneliti sebenarnya karena saya mencintai alam dan saya berpikir untuk memberikan ilmu bermanfaat bagi orang banyak," ujar istri Wawan Dewanto, dosen jurusan sekolah bisnis Manajemen ITB, ini. Alasan lain memilih profesi ini, lanjutnya, karena ia ingin konsisten, baik pada karir maupun ibu rumah tangga terutama bagi anaknya, Thaariq Ibrahim, yang baru berusia 1 bulan.

Menurutnya, karir dan keluarga dapat dikombinasikan namun tetap harus seimbang. Jadi, jangan menyangka kalau saat menjadi mahasiswa ia juga masih bisa membagi waktu antara belajar dan aktif sebagai bendahara di Koperasi Kesejahteraan Mahasiswa ITB (Kokesma).

Penia sendiri saat ini mengajar di ITB sebagai dosen di jurusan Teknik Kimia dan menjadi peraih doktor termuda di lingkungan tempat mengajarnya. Ia menyelesaikan program master dan doktor Teknologi Bioproses di Delft University of Technology Belanda setelah lulus S1 Juruan Teknik Kimia tahun 1999 di ITB.

"Pesan saya bagi generasi yang ingin mengikuti jejak saya sebaiknya bekerja sama dengan house luar negeri yang menyediakan dana untuk penelitian kita. Tetap ulet dan tekun," ujarnya.(M7-08)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com