Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jose Rizal Manua dan Drama Musikal untuk ABG

Kompas.com - 13/03/2008, 20:47 WIB

Setelah meraih gelar juara dunia dengan menggondol 15 medali emas di Jerman pada "19th World Festival of Children's Theatre" di Lingen, Jerman pada tahun 2006, dan tahun sebelumnya meraih gekar grup terbaik pada Festival Teater Anak-anak Tingkat Asia-Pasifik di Toyama, Jepang, Teater Tanah Air (TTA) kembali segera unjuk gigi di Jakarta pada 29-30 Mret 2008. Mereka akan mementaskan drama-musikal yang ditujukan bagi remaja alias ABG dengan mengangkat lakon Bawang Merah Bawang Putih Bawang Bombay karya Remy Silado yang sarat diwarnai lagu-lagu The Beatles yang telah mengalami penyelarasan, di bawah arahan surtradara sekaligus pendiri TTA, Jose Rizal Manua. Mengapa TTA membuat pertunjukan dan mengangkat lakon ini? Mengapa membidik kalangan remaja? Mengapa melibatkan dua seniman internasional? Berikut penjelasan Jose Rizal atas sejumlah pertanyaan sekitar pementasan yang diajukan humas pementasan lakon ini, Rhama Tharani, dalam sebuah wawancara pada 15 Februari dan petikannya dikirimkan ke Kompas.com pada Rabu (11/2)

Bisa cerita sedikit kenapa membuat pertunjukan ini?
Teater Tanah Air (TTA) adalah tempat untuk berekspresi. Untuk menampung mereka, makanya saya coba buat pertunjukan untuk ABG. Saya kira pertunjukan khusus untuk ABG itu hampir tidak ada. Orang selalu berpikir untuk anak-anak dan untuk dewasa. Kecuali drama-drama remaja yang dimainkan oleh anak sekolah, misalnya anak SMA memainkan pertunjukan-pertunjukan SMA. Saya kemudian minta Remy Sylado untuk membuatkan cerita.

Apakah ada diskusi sebelumnya tentang apa yang sebaiknya dibuat?
Tidak. Waktu itu Remy hanya menyebutkan, “Oke, saya buat Bawang Merah Bawang Putih Bawang Bombay.” Wah saya pikir menarik ini. Saya tahu Remy. Pasti akan ada sesuatu kalau dari dia. Unik. Misalnya dengan penyelarasan lagu-lagu The Beatles. Ada 16 yang dimasukkan dalam pertunjukan. Waktu itu kami juga sempat gelisah. Chichi (Chichi Westlake, produser) sempat menanyakan bagaimana kalau ada komplain. Menurut Remy tidak apa-apa, dan memang tidak ada undang-undangnya, kecuali kita pakai lagunya tanpa menyebutkan The Beatles. Sepanjang tidak komersial, hanya dalam skup kecil saja, tidak apa-apa. Dan tidak ada undang-undangnya. Kita tidak punya undang-undang internasional yang menangani hal seperti itu. Kemudian ide ceritanya juga menarik untuk saya. Dia membuat sangat kontemporer, tapi dia tidak tinggalkan tradisi. Jadi ada dua adegan. Yang satu, adegan kelompok Bawang Bombay. Di sisi lain, ada kerajaan Keraton Jogja yang bercerita tentang rangkaian cerita Bawang Merah itu seperti apa. Jadi cerita aslinya pun masih bisa ditangkap orang.

Dari sisi penyutradaraan sendiri, bagaimana menampilkan dua sisi tersebut?
Kita buat kontras. Yang keraton ya kita buat suasana keraton. Kemudian yang jalanan ya kita buat suasana ABG sekarang. Yang saya senang, saya bisa kerjasama dengan artis dari Meksiko, Inez (Inez Somellera, direktur artistik), juga Amsalan (Amsalan Doraisingam, penata kostum) dari India. Saya pikir pendekatannya unik. Surprise juga untuk saya cara dia mendekati cerita itu. Misalnya, kostum burung itu tidak dibuat seperti burung, tapi gangster. Walaupun ada sosok burung dari topi atau apa, tapi modifikasinya menurut saya unik. Yang penting esensinya bisa tetap muncul dan tertangkap. Dari segi material, dia pakai bahan-bahan yang murah, tapi bisa dahsyat.

Kemudian koreografi, Okty (Okty Budiati, koreografer). Jadi banyak hal baru yang bisa juga memperkaya saya. Bagaimana Okty menafsir gerak untuk adegan, tidak saya duga. Istimewanya seorang seniman itu terletak pada kreativitas. Daya bayang dan imajinasi adalah hal utama. Saya menemukan teman-teman punya itu.

Saya akan merespon semua keunikan mereka itu menjadi satu kesatuan yang utuh, dalam sebuah pertunjukan. Secara konkret, saya akan meramu itu, kemudian memadukannya, dan saya tidak mau interfensi supaya kekuatan masing-masing juga terlihat. Saya coba masuk ke dalam pikiran teman-teman, karena apa saja bisa dibuat, bertolak dari yang ada.

Khusus untuk naskah cerita, saya pernah bilang ke Remy, adegan di dalam skenario ini terpaksa saya balik. Dia kaget, tapi tidak berkomentar. Misalnya adegan terakhir dalam drama itu saya taruh depan. Di belakang menarik, tapi di depan juga menarik, agar mengklimaks. Dan Remy waktu itu bilang, bisa juga itu dipakai di depan kemudian dipakai lagi di belakang, tidak apa-apa. Nanti kita lihat lah, seperti apa.

Apakah semua ide Mas Jose tentang pemanggungan sudah selesai?
Di dalam imajinasi saya sudah selesai, tapi nanti ada proses bagaimana mengimplementasi ke dalam rangkaian. Kemudian juga memberi isi pada tiap anak supaya ketika dia berdiri di panggung ada isinya. Motif. Yang membedakan panggung dengan kehidupan itu antara lain di dalam kehidupan banyak laku kita yang tidak berangkat dari kesadaran. Seringkali semua secara spontan, otomatis, mekanis dan tidak kita pikirkan. Berlangsung saja. Nah, itu di atas panggung tidak boleh dilakukan. Di atas panggung, setiap inci dari gerakan kita harus diperhitungkan, dengan kesadaran. Tidak boleh ada laku yang tidak disadari, semua diperhitungkan secara rinci. Untuk itu, kehadiran tiap orang di panggung harus ada motif. Begitu dia terlihat oleh publik, penonton, dia harus punya motif. Keberadaannya tidak boleh kosong. Sering kita lihat, misalnya penari tarian daerah terlihat kosong, sekadar hafal dan bergerak. Itu yang saya hindari.

Keterlibatan utuh dari seniman?
Ya. Dia harus tahu untuk apa dia di panggung. Jadi harus ada motif. Kalau dia tidak tahu motifnya, kita beri, supaya kehadirannya di panggung hidup. Sekali lagi, tiap laku di atas panggung harus berangkat dari kesadaran, bukan trance.

Secara konkret, bagaimana Mas Jose mengungkap hal ini pada pemain ABG? Ada kemungkinan pemahaman mereka tentang kesadaran masih agak jauh, konsep motif menjadi hal abstrak buat mereka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com