Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidur Siang Lansia Indikasikan Stroke

Kompas.com - 22/02/2008, 16:07 WIB

DI antara Anda, mungkin pernah ada yang menemukan kakek atau neneknya tertidur begitu saja di siang hari ketika menonton tv atau saat berkumpul di ruang keluarga. Untuk orang lanjut usia (lansia) seperti mereka, fenomena itu mungkin dapat dimaklumi mengingat kondisi fisik yang sudah menurun.

Namun begitu, jika frekuensi tertidur seperti itu terbilang sering, justru harus diwaspadai. Menurut penelitian para ahli di Amerika Serikat, lansia yang mengalami kesulitan untuk tetap terjaga di siang hari mengindikasikan risiko terkena stroke.

Seperti yang dilaporkan Reuters, Jumat (22/2), lansia yang kerap tertidur di siang hari memiliki risiko empat kali lebih besar untuk terkena stroke.  Para peneliti juga menemukan risiko lebih tinggi mengalami serangan jantung dan  penyakit pembuluh darah jantung pada lansia yang terkantuk-kantuk di siang hari tanpa melakukan kegiatan apapun.

"Bahkan setelah kami mengontrol sejumlah faktor seperti darah tinggi, diabetes, kelebihan berat badan, dan aktivitas fisik, lansia yang tertidur di siang  umumnya mengalami serangan stroke," kata Bernadette Boden Albala dari Columbia University di New York.

Dalam riset ini, Albala beserta timnya melibatkan 2.153 para lanjut usia dengan kisaran usia 73.  Riset mencatat bahwa risiko stroke 2,6 kali lebih tinggi di antara lansia yang kadang-kadang tidur di siang hari dibanding dengan lansia yang tidak tidur di siang hari. Sementara itu para lansia yang hampir setiap hari tidur siang risikonya tercatat 4,5 kali lebih tinggi.

Riset yang juga dibahas pada konferensi American Stroke Association  di New Orleans ini adalah yang pertamakali menelaah hubungan antara tidur siang dengan gangguan pembuluh darah jantung yang dapat menimbulkan stroke.

Penelitian lainnya juga menemukan bahwa lansia yang mengalami gangguan tidur dan mengalami kondisi berhentinya pernafasan juga berisiko tinggi terkena stroke.

Boden Albala dalam penelitiannya  melibatkan pria dan wanita hispanik (keturunan Spanyol) di atas usia 40 tahun yang menetap di kota New York, dan tak ada satupun di anatara mereka yang terkena serangan stroke.

Para peneliti menanyakan seberapa sering mereka tertidur dalam situasi tertentu misalnya saat menonton televisi, duduk tenang setelah makan siang tanpa mengkonsumsi minuman beralkohol dan pada saat menunggu lampu lalu lintas.

Sebanyak 44 persen mengatakan mereka tidak tertidur sama sekali , 47 persen tertidur untuk waktu pendek, 9 persen tertidur pulas. Setelah berselang 2 1/2 tahun  Albala dan rekan-rekan kembali memeriksa berapa banyak yang terkena stroke atau penyakit gangguan pembuluh darah jantung misalnya serangan jantung.

Mereka menemukan 40 di antaranya mengalami  stroke dan 127 lainnya mengalami penyakit gangguan pembuluh darah jantung. Para peneliti menemukan para lansia yang mengalami kesulitan paling hebat untuk tetap terbangun pada siang hari  mengalami resiko stroke yang paling tinggi namun kejutan yang paling besar adalah pada kelompok lansia yang masuk kelompok moderat.
    
"Kami juga menemukan kelompok ini memiliki risiko sebesar 2,5 kali lebih tinggi terkena stroke dan sekitar 60 persen mengalami resiko akibat gangguan pembulih darah jantung," kata Boden Albala.
     
Albala mengakui pihaknya belum dapat menjelaskan penyebab kantuk di siang hari atau hubungannya dengan gangguan tidur serta  meningkatnya risiko terkena stroke.
    
"Apa kaitannya antara faktor-faktor kondisi tersebut, kami harus menyelidiki lebih jauh," katanya.
    
Dari satu riset lain yang hasilnya juga dipaparkan pada pertemuan di New Orleans terungkap bahwa kegiatan aerobik dengan gerakan yang ringan dapat membantu lansia terhindar dari stroke bahkan mereka yang menderita penyakit jantung atau diabetes sekalipun.
    
Penelitian yang melibatkan 60 ribu orang itu menemukakan manfaat kegiatan olah raga ringan untuk mencegah stroke."Kami menemukan kegiata olahraga mulai dari yang paling ringan hingga sedang bagi pria dan wanita lansia  dapat mengurangi risiko terkena stroke dan serangan jantung," kata Steven Hooker dari Universitas South Carolina.
 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com