Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekolah Orangutan Tunda Penerimaan Murid Baru

Kompas.com - 21/02/2008, 20:52 WIB

PALANGKARAYA, KAMIS - Pusat Reintroduksi Orangutan (PROU) Nyarumenteng, Palangka Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng), menunda penerimaan murid barunya lantaran kapasitasnya penuh.

"Kapasitas Nyarumenteng sudah terlalu penuh, sehingga saat ini kami tidak bisa lagi menerima orangutan bila ada yang menyerahkannya," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng, Mega Harianto, di Palangka Raya, Kamis (21/2). Di Nyarumenteng, orangutan tersebut secara khusus dipelihara dan dibina, agar dapat dilepasliarkan lagi di lokasi yang baru dan aman dari gangguan perkebunan dan masyarakat.

Mega mengakui, setiap bulan hampir selalu ada masyarakat atau instansi dari berbagai daerah yang menyerahkan orangutan. Sebagian orangutan itu telah jinak karena merupakan orangutan peliharaan. Minat masyarakat menyerahkan itu bahkan kini semakin bertambah seiring pemahaman masyarakat bahwa satwa liar itu merupakan hewan yang dilindungi, dan populasinya terancam punah.

"Tiap bulan bisa ada lima ekor yang masuk. Namun sementara ditunda, termasuk rencana penyerahan orangutan dari Yogyakarta sebanyak tiga ekor yang belum bisa kami terima," katanya.

Nyarumenteng, lanjutnya, kini menampung orangutan binaan sebanyak 640 ekor, terdiri dari 330 orangutan jantan dan 310 orangutan betina. Jumlah itu jauh melebihi kapasitas kandang yang hanya sekitar 300-an ekor. Bila terus ditambah, Mega mengemukakan, khawatir orangutan yang ditampung justru akan terlantar karena keterbatasan keuangan, tenaga, dan fasilitas.

"Tiap menerima orangutan baru, harus kita lakukan tes medis yang berbiaya tidak sedikit. Belum lagi persiapan kandang dan makanan sehari-hari, ditambah bila sakit harus dirawat di rumah sakit," jelasnya. Di sisi lain, jumlah lulusan sekolah orangutan yang dilepasliarkan ke alam bebas tidak sebanding dengan jumlah yang masuk ke sekolah itu setiap tahunnya.

Sejak didirikan pada 1999, Nyarumenteng baru melepasliarkan sebanyak 184 orangutan dan yang mati dalam proses rehabilitasi mencapai 78 orangutan. Mega mengatakan, pemerintah bersama Borneo Orangutan Survival (BOS) selaku pengelola Nyarumenteng berencana membahas kelanjutan program reintroduksi orangutan mengingat kondisi yang serba terbatas seperti saat ini.

Sementara itu, Asisten Manager Komunikasi BOS, Nina Nuraisyiah, mengakui bahwa jumlah orangutan di sekolah itu bertambah pesat dalam beberapa tahun terakhir ini. Tiap tahun terjadi lonjakan jumlah orangutan yang melarikan diri dari habitatnya, yang hilang digusur perkebunan sawit-karet, baik milik perusahaan maupun masyarakat.

"Tim penyelamat kita selalu diminta oleh perusahaan atau masyarakat untuk melakukan penyelamatan orangutan yang lari dari habitatnya. Selanjutnya orangutan itu dibawa ke Nyarumenteng untuk direintroduksi," jelasnya. Untuk melepasliarkan orangutan ke daerah lain sebagai upaya relokasi, menurut dia, sampai saat ini masih sulit dilakukan karena pihaknya kesulitan mencari areal pelepasliaran.

Areal pelepasliaran orangutan biasanya merupakan hutan-hutan primer alami yang cocok sebagai habitat asli orangutan. Lokasi itu juga bukan lokasi yang telah dihuni oleh orangutan lain karena akan menimbulkan persaingan.

Berdasarkan data PHVA (Population Habitat and Viability Analysis) tahun 2004, tercatat estimasi populasi orangutan di Kalimantan Tengah sebanyak 32.306 ekor yang tersebar di 16 unit habitat alami. Sebaran orangutan terbanyak di antaranya di Taman Nasional Tanjung Puting, Taman Nasional Sebangau, Suaka Margasatwa Sungai Lamandau, Mawas PLG Blok E dan wilayah dataran rendah Murung Raya.(ANT/WAH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com